Langsung ke konten utama

Revitalisasi Fungsi Masjid


Sore hari, menjalang berbuka puasa Ramadhan, keadaan di sekitar Masjid Ats-Tsauroh terbilang sangat ramai. Jika dibandingkan dengan hari-hari biasa jumlahnya tentu jauh berbeda. Sekarang (Bulan Ramadhan) menjadi lebih padat pengunjung. Jika diberi perbandingan, hari biasa ada satu orang pengunjung dan tepat di moment seperti ini (Menjelang buka puasa Ramadhan) pengunjung membludak hingga 100 orang lebih. 1:100 jika dibuat angka.

Hal ini menjadi lonjakan yang sangat drastis sekaligus mengherankan. Masjid Agung Kota Serang ini seakan menjadi magnet bagi para penduduk Kota Serang ketika Ramadhan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lokasi masjid yang cukup strategis. Masjid ini berada di tengah-tengah Kota Serang, dekat dengan alun-alun kota.

Selain itu, tempat yang nyaman dan luas menjadi poin tambahan bagi Masjid ini. Di samping Masjid terdapat lokasi pedagang yang menjajakan jajanan-jajanan khas Bulan Ramadhan -yang tidak dapat ditemukan ketika bulan-bulan biasa.

Sangat indah melihat keramaian di sekitar Masjid Ats-Tsauroh Kota Serang ini. Apalagi jika keramaian ini bisa bertahan untuk kedepannya. Mulai Bulan syawal hingga masuk awal bulan Ramadhan tahun depan.

Memang sudah seharusnya masjid dijadikan tempat berkumpul. Selain untuk beribadah, masjid juga bisa dijadikan tempat untuk belajar dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya. Merevitalisasi masjid menjadi poin penting bagi umat islam sekarang ini.

Akhir-akhir ini, Banyak masjid yang direnovasi sedemikian megah di beberapa daerah, Khususnya di Kota Serang. Semangat ini perlu diapresiasi sebesar-besarnya. Namun, renovasi wujud masjid juga harus diimbangi dengan kualitas manfaat dan fungsi masjid itu sendiri.

Masjid mesti dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jadikan masjid sebagai tempat sentral di daerah-daerah. Tempat berkumpul, bermusyawarah, belajar, berdiskusi agama dan lain sebagainya. Revitalisasi fungsi masjid perlu dirancang sedemikian rupa sehingga masjid menjadi tempat favorit masyarakat.

Di Indonesia, bukanlah hal yang mustahil untuk menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan masyarakat. Banyak faktor yang mendukung hal ini terealisasi. Salah satunya adalah kuantitas pemeluk agama Islam di Indonesia yang sangat banyak. Indonesia dikenal sebagai komunitas muslim terbesar di Indonesia. Ini merupakan kekuatan yang harus dimaksimalkan. Jangan sampai Indonesia terlalu lama berada di zona nyaman dan menjadi Raksasa Tidur -sebagaimana diistilahkan oleh Prof. Mulyadhi Kartanegara.

Muslim di Indonesia selain memiliki kuantitas yang sangat banyak, juga memiliki potensi kualitas yang cukup bagus. Hal in dapat dilihat dari ulama-ulama Indonesia yang masyhur di seluruh dunia. Banyak ulama dari Indonesia yang cukup berpengaruh dan di dunia. Syaikh Nawawi al-Bantani salah satu contohnya. Namanya sudah masyhur di dunia, bahkan beliau dijuluki Ulama Hijaz.

Selain faktor kuantitas, masyarakat Indonesia juga mempunyai rasa sosial yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan sosial di bulan Ramadhan yang menjadi agenda rutinan setiap tahun di Indonesia. Seperti santunan, berbagi bukaan puasa, buka puasa bersama kerabat, sahabat dan kawan-kawan dan lain sebagainya. Indonesia memang dikenal sebagai bangsa yang ramah di mata dunia.

Hal ini (sosial yang tinggi) bisa dimanfaatkan untuk merevitalisasi masjid-masjid di Indonesia. Selama ini, masjid seakan kekurangan pengunjung. Masjid seolah memanggil-manggil masyarakat untuk datang berkunjung. Namun jarang yang menyambut undangan tersebut.

Kegiatan-kegiatan sosial sebenarnya dapat dilakukan di area masjid -seperti disinggung sebelumnya. Sehingga masjid menjadi tempat sentral bagi kegiatan-kegiatan masyarakat.


Satu hal yang harus ditanamkan yakni paradigma masyarakat muslim yang beranggapan bahwa  masjid seolah-olah hanya sebagai tempat sakral untuk beribadah. Paradigma ini harus diperbaiki sedini mungkin. Tanamkan pada diri sendiri, keluarga dan kerabat bahwa masjid juga dapat dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan sosial bermanfaat lainnya. Jika telah terealisasi, Sedikit demi sedikit umat muslim di Indonesia akan menjadi satu padu disebabkan kegiatan sosial yang terpusat di masjid.


Adapun tujuan jangka panjang dari revitalisasi masjid sebagai sentral kegiatan umat islam yakni memupuk nilai sosial kepada umat islam. Nilai sosial yang tidak dibatasi oleh ras, suku, bahasa dan agama saja. Nilai sosial yang menjunjung tinggi toleransi kepada semua orang. 


Jika telah begitu maka Indonesia akan menjadi negara yang dapat mengimplementasikan bunyi ketiga dalam Sila Pancasila "Persatuan Indonesia."


Menjadi umat islam berarti menjunjung tinggi toleransi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paham al-Sharfah

Paham al-Sharfah Oleh: Yudi Setiadi [1] Al-Sharfah terambil dari kata  صرف ( Sharafa ) yang berarti ‘memalingkan’; dalam arti Allah Swt. memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-Qur’an, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan al-Qur’an lahir dari faktor ekternal, bukan dari al-Qura’an sendiri. [2]             Ada sebagian pemikir yang mengakui ketidakmampuan manusia menyusun semacam al-Qur’an. Menurut mereka, ini bukan disebabkan oleh keistimewaan al-Qur’an, tetapi lebih disebabkan adanya campur tangan Allah Swt. dalam menghalangi manusia membuat semacam al-Qur’an. Paham ini menamai mukjizat al-Qur’an dengan Mukjizat al-Sharfah . [3] Menurut pandangan orang yang menganut al-Sharfah, Cara Allah Swt. memalingkan manusia ada dua macam. Pertama , mengatakan bahwa semangat mereka untuk menantang dilemahkan Allah Swt. Kedua , menyatakan bahwa cara Allah Swt. memalingkan adalah dengan cara mencabut pengetahuan dan ra

منظومة البيقونية (Manzumat al-Baiquniyah) matan dan terjemahan

أَبْـدَأُ بِالحَمْـدِ مُـصَلِّياً علـى * مُحَمَّــدٍ خَيْرِ نَبيِّ أُرْسِلا Aku memulai dengan memuji Allah dan bershalawat atas Muhammad, nabi terbaik yang diutus وَذي مـنْ أقسـامِ الحَديثِ عِدَّهْ * وَكُـلُّ وَاحِـدٍ أَتَى وَعَـدَّهْ Inilah berbagai macam pembagian hadits.. Setiap bagian akan datang penjelasannya أَوَّلُهَا الصَّحِيحُ وَهُـوَ مَا اتَّصَـلّْ* إسْنَادُهُ وَلَمْ يَشُـذَّ أَوْ يُعَـلّْ Pertama hadits shahih yaitu yang bersambung sanad nya, tidak mengandung syadz dan ‘illat يَرْويهِ عَدْلٌ ضَـابِطٌ عَنْ مِثْلِـهِ  * مُعْتَمَـدٌ فِي ضَبْطِهِ وَنَقْلِـهِ Perawi nya ‘adil dan dhabith yang meriwayatkan dari yang semisalnya (‘adil dan dhabith juga) yang dapat dipercaya ke-dhabith-an dan periwayatan nya وَالحَسَنُ المَعْروفُ طُرْقـاً وَغدَتْ * رِجَالَهُ لا كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ (Kedua) Hadits Hasan yaitu yang jalur periwayatannya ma’ruf.. akan tetapi perawinya tidak semasyhur hadits shahih وَكُلُّ مَا عَنْ رُتْبَةِ الحُسْنِ قَصُـرْ * فَهُوَ

Filsafat Parmenides

Filsafat Parmenides Oleh: Yudi Setiadi [1] Biografi Parmenides Parmenides   adalah seorang   filsuf   dari   Mazhab Elea .   Arti nama Parmenides adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. [2] Parmenides dilahirkan di kota Elea, Italia Selatan. Ia lahir sekitar tahun 540 SM. [3] Sumber lain mengatakan bahwa ia lahir sekitar tahun 450 SM. [4] Dalam kota tempat lahirnya ia dikenal sebagai orang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintahan. Tetapi bukan karena itu namanya dikenal. Ia dikenal oleh orang banyak sebagai ahli pikir yang melebihi siapapun juga pada masanya. [5] Parmenides merupakan logikawan pertama dalam pengertian modern. Sistmnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, yang menggunakan intuisi. Menurut penuturan Plato, pada usia 65 tahun ia bersama Zeno berkunjung ke Athena untuk berdialog deng