Langsung ke konten utama

Jalan Pasar Induk Rau harus Diperbaiki

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, pengunjung Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang mengalami peningkatan dibanding hari-hari biasa. Peningkatan ini memang terjadi hampir setiap tahun. Hal ini, di satu sisi memiliki dampak positif dan di lain sisi harus ada evaluasi yang cukup serius.

Peningkatan pengunjung ini tentu akan menambah daya genjot pasokan perekonomian pedagang yang berada di sekitar Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang. Potensi ini sangat besar dan harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak-pihak terkait.

Bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Serang, hal ini merupakan starting point untuk kemajuan Kota Serang. Karena salah satu potensi perekonomian terbesar masyarakat Kota Serang berada di Pasar ini.

Namun di sisi lain, Pemerintah Kota (Pemkot) Serang masih perlu banyak berbenah. Pasalnya, jalan di sekeliling Pasar Induk Rau (PIR) ini mengalami kerusakan yang cukup parah. Jalan berlubang yang digenangi air, lumpur dan sampah bukan lagi menjadi pemandangan yang asing bagi pengunjung dan pedagang pasar. Hal ini akan bertambah buruk jika cuaca hujan, jalanan akan bertambah licin dan dapat mengakibatkan kecelakaan.

Sebagai Pasar yang digadang-gadang akan menjadi Landmark Kota Serang ini, Pasar Induk Rau seharusnya memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Faktor yang harus dikedepankan adalah kenyamanan pengunjung agar mereka tidak kapok berbelanja di Pasar Induk Rau (PIR).

Atas keadaan Pasar Induk Rau (PIR) itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI   Titiek Soeharto meminta pasar tersebut dibenahi pemerintah setempat. Titik berharap Pemkot Serang segara merevitalisasi pasar Rau. Hal itu dimaksudkan agar warga yang melakukan transaksi jual beli ditempat tersebut merasa nyaman.

Kerusakan jalan tentu dapat merugikan semua pihak terkait, terutama pedagang dan pembeli. Pemerintah dalam hal ini harus mengambil langkah cepat dan efektif untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak, maka akan timbul banyak dampak negatif.

Setidaknya, minimal ada tiga dampak negatif yang ditimbulkan dari kerusakan jalan tersebut.

Pertama, kerusakan tersebut akan membuat kemacetan yang panjang di sekeliling Pasar Induk Rau (PIR). Kemacetan ini tidak dapat dihindari karena ruas jalan yang sempit. Hal ini disebabkan banyaknya kendaraan yang parkir di sekitar pasar. Tentu jalan yang rusak akan memperparah kemacetan tersebut.

Kedua, meningkatnya kecelakaan akibat jalan yang rusak parah tersebut. Tingkat kecelakaan ini akan bertambah besar ketika musim hujan tiba. Pasalnya, jalan berlubang akan sulit dibedakan oleh pengendara lantaran air yang menggenang.

Ketiga menurunnya nilai perekonomian pasar akibat ketidakpuasan pengunjung terhadap kenyaman kondisi pasar.

Berdasarkan data dari Radarbanten.co.id. Pemerintah Kota (Pemkot) Serang telah menganggarkan uang untuk perbaikan fasilitas di sekitar Pasar Induk Rau sebesar tiga miliar rupiah. Kesungguhan pemerintah ini perlu diapresiasi sebesar-besarnya dan perlu didukung oleh semua elemen masyarakat Kota Serang.

Masyarakat tentu berharap jalan yang rusak parah tersebut dapat diperbaiki secepatnya. Selain itu, selagi dalam tahap perbaikan, pemerintah diharapkan dapat mencari solusi sementara untuk meminimalisir ketiga dampak negatif di atas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paham al-Sharfah

Paham al-Sharfah Oleh: Yudi Setiadi [1] Al-Sharfah terambil dari kata  صرف ( Sharafa ) yang berarti ‘memalingkan’; dalam arti Allah Swt. memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-Qur’an, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan al-Qur’an lahir dari faktor ekternal, bukan dari al-Qura’an sendiri. [2]             Ada sebagian pemikir yang mengakui ketidakmampuan manusia menyusun semacam al-Qur’an. Menurut mereka, ini bukan disebabkan oleh keistimewaan al-Qur’an, tetapi lebih disebabkan adanya campur tangan Allah Swt. dalam menghalangi manusia membuat semacam al-Qur’an. Paham ini menamai mukjizat al-Qur’an dengan Mukjizat al-Sharfah . [3] Menurut pandangan orang yang menganut al-Sharfah, Cara Allah Swt. memalingkan manusia ada dua macam. Pertama , mengatakan bahwa semangat mereka untuk menantang dilemahkan Allah Swt. Kedua , menyatakan bahwa cara Allah Swt. memalingkan adalah dengan cara mencabut pengetahuan dan ra

منظومة البيقونية (Manzumat al-Baiquniyah) matan dan terjemahan

أَبْـدَأُ بِالحَمْـدِ مُـصَلِّياً علـى * مُحَمَّــدٍ خَيْرِ نَبيِّ أُرْسِلا Aku memulai dengan memuji Allah dan bershalawat atas Muhammad, nabi terbaik yang diutus وَذي مـنْ أقسـامِ الحَديثِ عِدَّهْ * وَكُـلُّ وَاحِـدٍ أَتَى وَعَـدَّهْ Inilah berbagai macam pembagian hadits.. Setiap bagian akan datang penjelasannya أَوَّلُهَا الصَّحِيحُ وَهُـوَ مَا اتَّصَـلّْ* إسْنَادُهُ وَلَمْ يَشُـذَّ أَوْ يُعَـلّْ Pertama hadits shahih yaitu yang bersambung sanad nya, tidak mengandung syadz dan ‘illat يَرْويهِ عَدْلٌ ضَـابِطٌ عَنْ مِثْلِـهِ  * مُعْتَمَـدٌ فِي ضَبْطِهِ وَنَقْلِـهِ Perawi nya ‘adil dan dhabith yang meriwayatkan dari yang semisalnya (‘adil dan dhabith juga) yang dapat dipercaya ke-dhabith-an dan periwayatan nya وَالحَسَنُ المَعْروفُ طُرْقـاً وَغدَتْ * رِجَالَهُ لا كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ (Kedua) Hadits Hasan yaitu yang jalur periwayatannya ma’ruf.. akan tetapi perawinya tidak semasyhur hadits shahih وَكُلُّ مَا عَنْ رُتْبَةِ الحُسْنِ قَصُـرْ * فَهُوَ

Filsafat Parmenides

Filsafat Parmenides Oleh: Yudi Setiadi [1] Biografi Parmenides Parmenides   adalah seorang   filsuf   dari   Mazhab Elea .   Arti nama Parmenides adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. [2] Parmenides dilahirkan di kota Elea, Italia Selatan. Ia lahir sekitar tahun 540 SM. [3] Sumber lain mengatakan bahwa ia lahir sekitar tahun 450 SM. [4] Dalam kota tempat lahirnya ia dikenal sebagai orang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintahan. Tetapi bukan karena itu namanya dikenal. Ia dikenal oleh orang banyak sebagai ahli pikir yang melebihi siapapun juga pada masanya. [5] Parmenides merupakan logikawan pertama dalam pengertian modern. Sistmnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, yang menggunakan intuisi. Menurut penuturan Plato, pada usia 65 tahun ia bersama Zeno berkunjung ke Athena untuk berdialog deng