Fluida tetesan hujan akan saksi
hamba hina
bersimpuh tafakuri semesta.
Planet, bintang, puing-puing,
atau gugusan
benda angkasa dan bumi sebagai
cawan.
Manusia, hewan, tetumbuhan hutan
yang asri
bukti hadirnya Dia Pencipta
mangkuk bumi.
Ia menghirup udara, membuka mata.
Segar dan tenang menguak asa
dalam dada.
Siapa yang menciptakan semua ini?
Sebenarnya ia sudah tahu
jawabnya.
Ia kembali memejamkan mata.
Sudahkah berterima kasih pada
Tuhan?
Sambil terpejam, mentafakuri
dengan mata dan hati basah.
Belum, kau belum berterima kasih.
Suara itu mendesah.
Siapa yang mengucapkan itu?
Hati dan tubuhnya bergetar.
Malaikat ataukah naluri?
Ia beristigfar dan memohon ampun
dalam diam di dekat tanaman
rimbun.
Juga hatinya bertasbih,
bertahmid, bertakbir
Padu Allah, Tuhan yang Akbar.
-Anggi Suryadi, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Prodi Tafsir Hadits-
Komentar
Posting Komentar