Langsung ke konten utama

Budaya dan kebudayaan


Budaya dan kebudayaan
Oleh: Yudi Setiadi[1]
Kebudayaan dalam bahasa Belanda yakni Cultuur, jika dalam bahsa Inggris berarti Culture, jika kita tinjau dari bahasa latin adalah Colere, tapi ada juga yang mengatakan bahwa kebudayaan berasala dari bahasa Sansakerta yang memiliki arti akal budi. Akal budi dapat kita tafsirkan sebagai daya dari budi manusia dalam melakukan aktifitas mengelola dan mengurus bumi atau alam ini. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz  
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."[2]
Dari penjelasan diatas dapat kita interpretasikan Kebudayaan secara singkat sebagai sebuah globalisasi tingkah laku manusia. Yakni, mensosialisasikan atau proses memasukan tingkah laku manusia ke ruang lingkup dunia.
            Kebudayaan suatu masyarakat dapat bersumber dari faktor biologis, lingkungan, sosiologis, dan juga historis. Dengan begitu kita dapat menilai keadaan dan kondisi –baik sekarang maupun dulu- suatu masyarakat dari kebudayaannya. Misalnya saja jika sekarang banyak muncul karya seni dengan tema kekerasan dan amuk sosial, maka ini tentu mengindikasikan bahwa masyarakat dan bangsa sedang “sakit” dan didera “keterasingan”.[3]
            Bicara kebudayaan pasti tidak akan bisa lepas dari kata budaya. Karena memang kebudayaan adalah sebuah hasil manifestasi dari sebuah budaya. Budaya sendiri berati “budi” dan “daya”. Artinya kemampuan sesuatu untuk mengembangkan budi manusia yang menghasilkan berupa cipta, karsa, dan rasa. Pernyataan ini sejalan dengan KBBI yang memberi definisi budi daya sebagai usaha yang bermanfaat yang memberi gasil sesuatu.[4]
            kebudayaan manusia dapat menciptakan suatu karya. Karya tersebut tidak dapat lepas dari faktor pendorong manusia itu sendiri berupa biologis, lingkungan. Seseorang yang tinggal dilingkungan pesisir pasti akan membuat hasil karya yang berbeda dengan orang yang tinggal di pedesaan. Tetapi disini, suatu hasil karya yang baik adalah hasil karya yang membuat si penikmat merasa ingin terus menggali kebenaran dan keindahan dalam dirinya.
            Kesimpulannya adalah, budaya – atau bisa dikatakan budi daya- akan menghasilkan kebudayaan. dan kebudayaan itulah yang nantinya akan menghasilkan karya seni yang monumentals.
Dimensi Wujud kebudayaan
Wilayah wujud dimensi kebudayaan terbagi atas tiga bagian:
1.      Kompleksitas Gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Dalam wilayah ini gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran manusia terbentuk. Gagasan-gagasan ini sifatnya abstrak karena memang keberadaannya berada di pikiran manusia. Wujud ini juga dapat disebut sistem budaya, dari sistem budaya ini pikiran-pikiran manusia menjadi satu berkaitan satu dengan yang lainnya yang nantinya akan menjdikan sistem budaya ini menjadi mantap dan bersifat kontinyu.
2.      Kompleksitas aktifita yang saling berinteraksi antara satu manusia dengan manusia lainnya atau bisa juga disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini dipengaruhi oleh sistem budaya atau gagasan-gagasan yang ada dikepala setiap manusia. Dengan adanya interaksi setiap hari, gagasan-gagsan manusia itu akhirnya saling mempengaruhi yang lain sehingga bisa saja manusia itu merubah sistem budayanya, jika kita analogikan kedalam pemahaman agama sistem budaya ini hampir mirip dengan akidah. Seseorang berpaling dari akidah lamanya bukan berarti dia tidak memeiliki akidah lagi melainkan pindah ke akidah yang lain karena tidak benar jiakalau seseorang dapat hidup tanpa akidah, begitupun sistem budaya(gagasan pemikiran).
3.      Kompleksitas benda. Dari interasi yang dilakukan manusia, pasti setiap manusia membutuhkan suatu alat untuk menunjang interaksi sosialnya. Dari sinilah benda-benda yang menunjang kebutuhan manusia diciptakan untuk menunjang tujuan dalam berinteraksi.

Itu tadi adalah wujud dimensi dari kebudayaan. Nah dari kebudayaan itu tadi pasti akan ada gesekan-gesekan dalam beriteraksi. Tetapi dari gesekan-gesekan itu kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing pihak dan kita juga dapat mengambil kelebihan pihak lain untuk memperkaya wawasan pengetahuan kita. Tetapi disini yang paling terpenting dengan adanya interaksi adalah sebuah toleransi, jika kita berinteraksi tanpa toleransi maka niscaya akan menimbulkan bertiakaian. Setidaknya ada satu hikmah yang bisa diambil dari gesekan-gesekan interaksi tadi yakni manusia akan semakin maju, tanpa ada gesekan-gesekan interaksi niscaya kebudayaan manusia akan jalan ditempat bahkan mundur.



[1] mahasiswa Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[2] Al-Qur’anul karim. Al-Baqarah Ayat 30
[3] M Arifin Hakim. Ilmu Budaya Dasar. 2001. Pusaka Satya. Hlm 13
[4] KBBI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paham al-Sharfah

Paham al-Sharfah Oleh: Yudi Setiadi [1] Al-Sharfah terambil dari kata  صرف ( Sharafa ) yang berarti ‘memalingkan’; dalam arti Allah Swt. memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-Qur’an, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan al-Qur’an lahir dari faktor ekternal, bukan dari al-Qura’an sendiri. [2]             Ada sebagian pemikir yang mengakui ketidakmampuan manusia menyusun semacam al-Qur’an. Menurut mereka, ini bukan disebabkan oleh keistimewaan al-Qur’an, tetapi lebih disebabkan adanya campur tangan Allah Swt. dalam menghalangi manusia membuat semacam al-Qur’an. Paham ini menamai mukjizat al-Qur’an dengan Mukjizat al-Sharfah . [3] Menurut pandangan orang yang menganut al-Sharfah, Cara Allah Swt. memalingkan manusia ada dua macam. Pertama , mengatakan bahwa semangat mereka untuk menantang dilemahkan Allah Swt. Kedua , menyatakan bahwa cara Allah Swt. memalingkan adalah dengan cara mencabut pengetahuan dan ra

منظومة البيقونية (Manzumat al-Baiquniyah) matan dan terjemahan

أَبْـدَأُ بِالحَمْـدِ مُـصَلِّياً علـى * مُحَمَّــدٍ خَيْرِ نَبيِّ أُرْسِلا Aku memulai dengan memuji Allah dan bershalawat atas Muhammad, nabi terbaik yang diutus وَذي مـنْ أقسـامِ الحَديثِ عِدَّهْ * وَكُـلُّ وَاحِـدٍ أَتَى وَعَـدَّهْ Inilah berbagai macam pembagian hadits.. Setiap bagian akan datang penjelasannya أَوَّلُهَا الصَّحِيحُ وَهُـوَ مَا اتَّصَـلّْ* إسْنَادُهُ وَلَمْ يَشُـذَّ أَوْ يُعَـلّْ Pertama hadits shahih yaitu yang bersambung sanad nya, tidak mengandung syadz dan ‘illat يَرْويهِ عَدْلٌ ضَـابِطٌ عَنْ مِثْلِـهِ  * مُعْتَمَـدٌ فِي ضَبْطِهِ وَنَقْلِـهِ Perawi nya ‘adil dan dhabith yang meriwayatkan dari yang semisalnya (‘adil dan dhabith juga) yang dapat dipercaya ke-dhabith-an dan periwayatan nya وَالحَسَنُ المَعْروفُ طُرْقـاً وَغدَتْ * رِجَالَهُ لا كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ (Kedua) Hadits Hasan yaitu yang jalur periwayatannya ma’ruf.. akan tetapi perawinya tidak semasyhur hadits shahih وَكُلُّ مَا عَنْ رُتْبَةِ الحُسْنِ قَصُـرْ * فَهُوَ

Filsafat Parmenides

Filsafat Parmenides Oleh: Yudi Setiadi [1] Biografi Parmenides Parmenides   adalah seorang   filsuf   dari   Mazhab Elea .   Arti nama Parmenides adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. [2] Parmenides dilahirkan di kota Elea, Italia Selatan. Ia lahir sekitar tahun 540 SM. [3] Sumber lain mengatakan bahwa ia lahir sekitar tahun 450 SM. [4] Dalam kota tempat lahirnya ia dikenal sebagai orang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintahan. Tetapi bukan karena itu namanya dikenal. Ia dikenal oleh orang banyak sebagai ahli pikir yang melebihi siapapun juga pada masanya. [5] Parmenides merupakan logikawan pertama dalam pengertian modern. Sistmnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, yang menggunakan intuisi. Menurut penuturan Plato, pada usia 65 tahun ia bersama Zeno berkunjung ke Athena untuk berdialog deng